Selamat Datang!

Terima kasih atas kunjungannya, jangan lupa tinggalkan komentar, OK!

Tab

Selasa, 17 Mei 2011

Body Alignment & ROM

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.          Latar Belakang
Menjaga stamina dan bentuk tubuh memanglah sangat penting untuk dilakukan. Apabila bila sering terjaga hingga larut malam dan harus berkativitas dikemudian harinya, tentu butuh stamina ekstra untuk melakukannya.
Terjaga sampai malam dengan postur tubuh yang tidak baik, mekanika tubuh yang buruk dan juga harus bangun tidur lebih awal untuk menyiapkan segala keperluan adalah fenomena yang lumrah dialami banyak orang. Kondisi ini sering menyebabkan depresi, berefek pada berat badan dan bahkan kematian dini.
Setiap melakukan aktivitas terkadang kita tidak memperhatikan postur tubuh yang baik, sehingga membuat postur tubuh yang condong ke depan, atau badan yang bungkuk. Pada orangtua, pemandangannya lebih menakutkan ketika mereka bersusah payah untuk memungut sesuatu di lantai, dan susah payah pula untuk menegakkan kembali tubuhnya.
Banyak orang mengira, semua itu terjadi secara alami. Memang ada orang-orang yang dilahirkan dengan postur tubuh seperti itu. Tetapi ternyata tidak. Postur tubuh yang baik merupakan bagian integral dari kesehatan fisik dan mental. Postur yang kurang baik bisa dikoreksi, karena kalau tidak, postur buruk itu akan jadi permanen. Anda pun menderita di kemudian hari.
Sementara Body alignment adalah susunan geometric bagian-bagian tubuh dalam hubungannya dengan bagian-bagian tubuh yang lain. Body alignment baik akan meningkatkan keseimbangan yang optimal dan fungsi tubuh yang maksimal, baik dalam posisi berdiri, duduk, maupun tidur. Body aligment yang baik: keseimbangan pada persendian otot, tendon, ligamen.                                                                                           Body Alignment yang baik dapat meningkatkan fungsi tangan yang baik, mengurangi jumlah energi yang digunakan untuk mempertahankan keseimbangan, mengurangi kelelahan, memperlyas ekspansi paru Meningkatkan sirkulasi renal dan fungsi gastrointestinal
Body alignment yang buruk dapat: Mengurangi penampilan individu dan mempengaruhi kesehatan yang dapat mengarah pada gangguan. Perawat merupakan role model yang penting dalam mengajarkan kebiasaan yang sehat/baik: postur tubuh yang baik.

1.2.          Rumusan Masalah
1. Apa saja yang termasuk jenis-janis latihan?
2. Apa yang dimaksud ROM, ambulasi, body alignment, mekanika gerak dan gaya?
3. Bagaimana rentang gerak, gaya berjalan, latihan dan toleransi aktivitas?
4. Bagaimana kesejajaran tubuh?
5. Bagaimana posisi tubuh yang aman saat bekerja?

1.3.          Tujuan
1.  Untuk mengetahui jenis-jenis latihan.
2. Untuk mengetahui ROM, ambulasi, body alignment, mekanika gerak dan gaya.
3. Untuk mengetahui rentang gerak, gaya berjalan, latihan dan toleransi aktivitas.
4. Untuk mengetahui bentuk kesejajaran tubuh.
5. Untuk mengetahui posisi tubuh yang aman saat bekerja.

1.4.         Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini ditempuh metode penulisan deskriftif kualitatif, yakni metode penulisan dengan cara mengumpulkan berbagai sumber – sumber yang memuat materi tentang rentang gerak, kesejajaran tubuh dan posisi tubuh yang aman saat bekerja. Sumber dapat berupa buku, internet, dll. Sumber tersebut kemudian diolah dengan cara menyusun suatu simpulan yang terdiri atas kalimat – kalimat.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian ROM (Range Of Motion)
Range of Motion (ROM) adalah suatu teknik dasar yang digunakan untuk menilai gerakan dan untuk gerakan awal kedalam suatu program intervensi terapeutik.
Gerakan dapat dilihat sebagai tulang yang digerakkan oleh otot ataupun gaya ekternal lain dalam ruang geraknya melalui persendian.
Bila terjadi gerakan, maka seluruh struktur yang terdapat pada persendian tersebut akan terpengaruh, yaitu: otot, permukaan sendi, kapsul sendi, fasia, pembuluh darah dan saraf. Untuk mempertahankan ROM normal, setiap ruas harus digerakkan pada ruang gerak yang dimilikinya secara periodik.

2.1.1. Gerakan ROM (Mobilisasi)
Gerakan ROM  bisa dilakukan pada leher,ekstermitas atas dan ekstermitas bawah. Latihan rentang gerak pada leher, meliputi gerakan fleksi,ekstensi,rotasi lateral,dan fleksi lateral. Menurut reeves (2001) rentang gerak (ROM) standar untuk ekstermitas  atas dan ekstermitas bawah .

Jenis Mobilisasi:
a)      Mobilisasi aktif (Active ROM) adalah kemampuan klien dalam melakukan pergerakan secara mandiri

Mobilsasi yang dilakukan pada tubuh pasien
I.                   Leher
v  Fleksi: kepala digerakkan menunduk kedepan 90 derajat dengan dagu diatas dada.
v  Ekstensi: Kepala digerakan 90 derajat keatas dengan posisi lurus dengan badan
v  Hypereksitensi : kepala ditarik kebelakang 90 derajat dengan posisi mengadah keatas
v  Lateral fleksi: kepala ditekukan kesamping 90 derajat menuiu bahu
v  Rotasi: kepala digerakan dalam posisi melingkar 90 derajat kekanan dan 90 derajat kekiri dan depan dari belakang.

II.                Bahu
v  Fleksi : lengan ditingkat 180 derajat dan samping menuju keatas sampai diatas kepala
v  Ekstensi : digerakan keposisi istirahat disamping badan
v  Hyperekstensi: lengan digerakan kebelakang badan dengan sudut 50 derajat
v  Abduksi : lengan ditarik keatas samping badan dengan punggung tangan diaias, digerakan kesisi badan 180 derajat keposisi diatas kepala
v  Rotasi Eksterna : dengan lengan disamping, tekukan siku, lengan digerakkan kedepan dan kebelakang 90 derajat sehingga telepak tangan menghadap kedepan.
v  Rotasi interna : dengan lengan disamping tekukan siku, lengan digerakkan kebelakang 90 derajat sehingga felapak tangan menghadap kebelakang.
v  Sinkumduksi : lengan digerakan dengan lingkaran 360 derajat diputar sepanjang sisi badan.

III.              Siku
v  Fleksi : siku ditekuk dengan telapak tangan menghadap muka, dengan sudut 150 derajat menuju bahu
v   Ekstensi: siku dari posisi fleksi diluruskan kembali

IV.        Lengan Bawah
v  Supinasi: lengan bawah diputar 90 derajat sampai telapak tangan menghadap kebawah
v  Pronasi: lengan bawah diputar 90 derajat sampai telapak tangan kanan mengahadap kebawah.

V.           Pergelangan Tangan
v  Fleksi: Tangan ditekuk 90 derajat kebawah dengan telapak tangan mengahadap kebawah
v  Ekstensi: tangan digerakan 90 derajat dengan posisi lurus dengan lengan
v  Hyperekstensi: tangan ditekuk keatas, punggung tangan diatas dengan sudut 90 derajat.
v  Abduksi: pergelangan tangan, dengan jari-jari dirapatkan ditekuk
v  Abduksi: pergelangan tangan dengan jari-jari dirapatkan ditekuk ke depan menuju radius.

VI.        Jari dan Ibu Jari
v  Fleksi: Jari-jari digenggamkan
v  Ekstensi: Jari digerakan 90 derajat lurus dengan lengan dengan telapak tangan menghadap ke bawah.
v  Hyperekstensi : jari-jari dengan felapak tangan kebawah, ditekuk keatas menuju punggung tangan 45 derajat
v  Abduksi: jan dan ibu /ari dibentangkan/direngangkan 30 derajat
v  Abduksi: jari dan ibu jari dirapatkan bersama 30 derajat Posisi Ibu jari : ibu jari ditekuk kedalam memutar menuju kelingking dikuti oleh jari-jari yang lain.

VII.     Pinggul
v  Fleksi : tungkai digerakan keatas kemuka 90 derajat
v  Ekstensi : tungkai digerakan kembali ke posisi lurus sejajar dengan tubuh
v  Hyperekstensi: tungkai digerakan kebelakang tubuh 50 derajat
v  Sirkumduksi: tungkai digerakan dalam lingkaran 360 derajat
v  Abduksi: iungkai digerakan kesamping menjauhi tubuh 45 derajat
v  Abduksi: tungkai digerakan kesamping mendekati tubuh 45 derajat
v  Rotasi Interna : tungkai dan kaki diputar kedalam 90 derajat
v  RotasiEksterna : tungkai dan kaki diputar kedalam 90 derajat


b)       Mobilisasi fasif (Passive ROM) adalah pergerakan yang dilakukan dengan bantuan orang lain, perawat atau alat bantu.

IndikasiPROM
è Pada daerah dimana terdapat inflamasi jaringan akut yang apabila dilakukan pergerakan aktif akan menghambat proses penyembuhan

Sasaran PROM
v  Mempertahankan mobilitas sendi dan jaringan ikat
v  Meminimalisir efek dari pembentukan kontraktur
v  Mempertahankan elastisitas mekanis dari otot
v  Membantu kelancaran sirkulasi
v  Meningkatkan pergerakan sinovial untuk nutrisi tulang rawan serta difusi persendian
v  Menurunkan atau mencegah rasa nyeri
v  Membantu proses penyembuhan pasca cedera dan operasi
v  Membantu mempertahankan kesadaran akan gerak dari pasen

2.1.2. Manfaat Mobilisasi
a)      Gerakan tubuh yang teratur dapat meningkatkan kesegaran tubuh
b)      Memperbaiki tonus otot dan sikap tubuh,mengontrol berat badan,mengurangi ketegangan,dan meningkatkan relaksasi
c)      Menjaga kebugaran dari tubuh
d)     Merangsang peredaran darah dan kelenturan otot
e)      Menurunkan stress seperti : hipertensi, kelebihan BB, kepala pusing, kelelahan dan depresi
f)       Merangsang pertumbuhan pada anak-anak

2.1.3. Faktor  yang Mempengaruhi ROM
v  Penyakit-penyakit sistemik, sendi, nerologis atau pun otot
v  Akibat pengaruh cedera atau pembedahan;
v  Inaktivitas atau imobilitas
v  Pertumbuhan pada anak-anak
v  Sakit
v  Fraktur
v  Trauma
v  Kelemahan
v  Kecacatan      
v  Usia, dan lain-lain

2.2. Mekanika Tubuh (Body Mechanics)
Body Mechanic (mekanika tubuh) adalah suatu usaha mengoordinasikan sistem muskuloskeletal dan sistem saraf dalam mempertahankan keseimbangan, postur dan kesejajaran tubuh selama mengangkat, membungkuk, bergerak dan melakukan aktivitas. Penggunaan mekanika tubuh yang tepat dapat mengurangi risiko cedera sistem muskuloskeletal. Mekanika tepat juga memfasilitasi pergerakan tubuh yang memungkinkan mobilisasi fisik tanpa terjadi ketegangan otot dan penggunaan energi otot yang berlebihan.
Mekanikan tubuh untuk pasien yang ambulasi sama dengan mekanika tubuh untuk tim perawat kesehatan. Ketika pasien tidak megangkat sesuatu yang berat ataupun ringan, kebiasaan postur tubuh yang baik tidak boleh diabaikan.
            Postur tubuh yang baik untuk pasien berarti berdiri, berjalan dengan berubah posisi dengan cara yang mantap dan aman.        Pasien-pasien yang tirah baring terkadang sukar menahan posisi karena pmereka cenderung tueun ke ujung bawah tempat tidur bila bagian kepala tempat tidur dinaikkan.
            Pasien-pasien yang tidak mampu tidak akan dapat mengubah posisi badan mereka. Mereka pun tidak mampu membantu anda merubah posisi badan mereka. Pasien tirah baring memerlukan bantuan ekstra untuk memperoleh dan mempertahankan kesejajaran tubuh.

Hal – hal tersebut mencakup:
a.       Kesejajaran tubuh / Postur Tubuh (Body Alignment)
b.      Keseimbangan tubuh
c.       Koordinasi Gerakan

2.2.1. Kesejajaran tubuh / Postur Tubuh (Body Alignment)
Kesejajaran tubuh dan postur merupakan istilah yang sama dan mengacu pada posisi sendi, tendon, ligamen dan otot selama berdiri, duduk dan berbaring. Kesejajaran tubuh yang benar mengurangi ketegangan pada struktur muskuloskeletal, mempertahankan tonus (ketegangan) otot secara kuat dan menunjang keseimbangan.
Mekanika tubuh yang baik berawal dari postur tubuh yang tepat. Postur tubuh yang tepat berarti terdapat keseimbangan antara kelompok otot dan bagian-bagian tubuh dalam kesejajaran (posisi) yang baik. Postur tubuh yang benar adalah sama dalam semua posisi berdiri, duduk dan berbaring.
Postur tubuh yang baik membuat tubuh berfungsi dengan baik dalam semua aktifitas. Postur yang benar membuat gerakan mengangkat, menarik, dan mendorong lebih mudah.
Tulang belakang bagaikan tongat yang lentur dengan palang dekat bagian atasnya dan palang yang lain dekat baian bawah. Otot-otot yang kuat melekatkan lengan dan kaki ke tulang belakang. Otot-otot tulang ini berbentuk kecil. Otot-otot ini tidak mengangkat beban berat. Tugas utama otot-otot untuk mengbengkokan punggung berbagai arah dan menahan punggung dengan stabil, seperti jangkar kapal, sementara otot-otot kaki dan bau melaksanakan pekerjaan berat. Untuk menghindari ketegangan otot-otot punggung anda, bungkukkan pinggul dan lutut bila memindahkan benda. Bila anda mengangkat beban berat, pegang erat dengan diri anda.

Postur tubuh berdiri yang baik :
è Kedua kaki diletakkan datar pada lantai, retangkan sekitar 12 inci
è Lengan berada di samping .
è Punggung lurus
è Otot-otot perut dikencangkan

Prinsip Body Alignment :
1.      Keseimbangan dapat dipertahankan jika line of gravity melewati dan base of support.
2.      The base of support lebih luas dan pusat gravity lebih rendah kestabilan dan keseimbangan lebih besar.
3.      Jika line gravity berada diluar pusat dari base of support, energi lebih banyak digunakan untuk mempertahankan keseimbangan.
4.      The base of support yang luas dan bagian-bagian dari body alignment baik akan menghemat energi dan mencegah kelelahan otot.
5.      Perubahan dalam posisi tubuh membantu mencegah ketidaknyamanan otot-otot.
6.      Body alignment yang jelek dalam waktu yang lama dapat menimbulkan rasa nyeri kelelahan otot dan kontraktur.
7.      Karena struktur anatomi individu berbeda maka intervensi keperawatan harus secara individual dan sesuai dengan kebutuhan individu tersebut.
8.      Memperkuat otot-otot yang lemah, membantu mencegah kekakuan otot dan ligament ketika body alignment jelek baik secara temporal maupun penggunaan yang kurang hati-hati.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Body Alignment :
1.      Gravity
Gravity adalah atraksi timba balik antara tubuh dan bumi.
2.      Pontural refleks dan Apposing Muscles Group.
Action dari otot postural yang terus menerus menyokong seseorang pada posisi tegak melawan gravity.
3.      Perubahan postur
4.      Struktur anatomy individu yang berbeda

Latihan untuk meningkatkan body alignment yang baik :
v  Berjalan
v  Berenang

       Body Alignment yang baik dapat:
v  Meningkatkan fungsi tangan yang baik
v  Mengurangi jumlah energi yang digunakan untuk mempertahankan keseimbangan.
v  Mengurangi kelelahan
v  Memperlyas ekspansi paru
v  Meningkatkan sirkulasi renal dan fungsi gastrointestinal
Body alignment yang buruk dapat:
v Mengurangi penampilan individu dan mempengaruhi kesehatan yang dapat mengarah pada gangguan. Perawat merupakan role model yang penting dalam mengajarkan kebiasaan yang sehat/baik: postur tubuh yang baik.

Kelainan Postur
Kelainan postur yang didapat atau congenital mempengaruhi efisiensi system moskuloskeletal, spt kesejajaran tubuh keseimbangan dan penampilan.
Macam2 abnormal:
1.      Tortikolis
Diskripsi : mencondongkan kepala ke sisi yang sakit, dimana otot sternokleidomastoideus berkontraksi.
Penyebab: kondisi congenital.
Penatalaksanaan: operasi, pemanasan, topangan, atau imobilisasi berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan.
2.      Lordosis
Diskripsi: kurva anterior pada spinal lumbal yang melengkung berlebihan.
Penyebab: kondisi congenital, kondisi temporer missal, kehamilan.
Penatalaksanaan: latihan peregangan spinal berdasarkan penyebab.
3.      Kifosis
Diskripsi: peningkatan kelengkungan pada kurva spinal torakal.
Penyebab: kondisi congenital, penyakit tulang atau ricket tuberkolosis spinal.
Penatalaksanaan: latihan peregangan spinal, tidur tanpa bantal, menggunakan papan tempat tidur, memakai jaket, penggabungan spinal (berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan).
4.      Kifolordosis
Diskripsi: kombinasi dari kifosis dan lordosis.
Penyebab: kondisi congenital.
Penatalaksanaan: sama dengan metode yang digunakan untuk kifosis dan lordosis berdasarkan penyebab.
5.      Skoliosis
Diskripsi: kurvatura spinal lateral, tinggi pinggul dan bahu tidak sama.
Penyebab: kondisi congenital, poliomyelitis, paralisis spastic, panjang kaki tidak sama
Penatalaksanaan: immobilisasi dan operasi (berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan).
6.      Kifoskoliosis
Diskripsi: tidak normalnya kurva spinal anteroposteriol dan lateral.
Penyebab: kondisi congenital, poliomyelitis, kor pulmonal.
Penatalaksanaan: immobilisasi dan operasi (berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan).
7.      Dysplasia Pinggung Kongenital
Diskripsi: ketidakstabilan pinggul dengan keterbatasan abduksi pinggul, dan kadang-kadang kontraktur adduksi (kaput vemur tidak bersambung dengan assetatbulum karena abnormal kedangkalan assetatbulum).
Penyebab: kondisi congenital (biasanya dengan kelahiran sungsang).
Penatalaksanaan: mempertahankan abduksi paha yang terus menerus sehingga kaput vemur menekan ke bagian tengah assetatbulum, beban abduksi, gips, pembedahan.


8.      Knock-knee (genu varum)
Diskripsi: kurva kaki yang masuk ke dalam sehingga lutut rapat jika seseorang berjalan.
Penyebab: kondisi congenital, penyakit tulang atau ricket.
Penatalaksanaan: knee braces, operasi jika tidak dapat diperbaiki oleh pertumbuhan.

Kesejajaran Tubuh Pasien
Kesejajaran (posisi) tubuh pasien yang tepat harus dilakukan dengan hati-hati. Kesejajaran tubuh yang tepat berarti menjaga seseorang berada pada posisi dimana tubuh dapat berfungsi sebaik-baiknya. Lengkungan tubuh yang alami perlu di tunjag pada posisi alamiah dengan bantal dan handuk yang digulung. Posisi yang tepat:
a.        Membantu pasien merasa lebih nyaman.
b.      Menguragi ketegangan
c.       Membantu tubuh agar berfungsi lebih efisien
d.      Menceah deformitas dan komplikasi, seperti kontrakturdan dekubitus.

Terdapat tujuh posisi dasar untuk pasien di tempat tidur :
a.      Rekumben dorsal, rekumben horizontal, atau telentang
Posisi ini juga disebut sebagai posisi terlentang atau supine. Bagiannya :
-          Tempat tidur berada pada posisi horizontal
-          Pasien terlentang
-          Sebuah bantal ditempatkan di bawah kepala pada pasien untuk kenyamanan.
-          Kedua lengan ekstensi dan ditahan bantal-bantal kecil.
-          Gulungan handuk dapat dipakai untuk menahan bagian belakang.
-          Bantal kecil atau gulungan handuk ditempatkan sepanjang sisi paha dan dilipat untuk menghindari putaran punggung bagian luar.
-          Bantalan papan penyangga kaki dapat ditambahkan ke tempat tidur untuk menahan kaki. Pada posisi yang tepat dan untuk menghindarkan foot droop.
-          Bantalan yang dilipat atau busa yang menahan diantara betis dan pergelangan kaki untuk mengurangi tekanan pada tumit.
b.      Pasien rekumben lateral kanan
Pasien dimiringkan ke sisi kanan. Tulang belakang harus lurus.
-          Bantal dapat ditempatkan di bawah kepala, di antara kaki dan punggung.
-          Lengan kanan ditekuk dan diletakkan di bawah bantal.
-          Lengan kiri diletakkan lurus di atas pinggul seperti pasien dalam posisi tegak. Posisi ini memelihara kesejajaran tubuh yang tepat untuk bagian bahu. Metode lainnya dengan cara menekuk lengan dan menopang dengan bantal.
-          Kaki kiri ditekuk sedikit. Ditopang dengan bantal untuk memepertahankan hubungan yang tepat antara kaki dan panggul.
c.       Posisi Telungkup (Prone)
Pasien diposisikan [ada bagian perut. Tulang belakag lurus, kaki merentang. Lengan ditekuk dan diletakkan di sisi kepala. Wajah pasien miring ke samping.
-          Bantal kecil diletakkan di bawah perut. Hal ini penting terutama bagi pasien wanita akan mengurangi tekanan pada bagian payudara. Metode  lainnya adalah menggulung handuk dan meletakkan di bawah bahu untuk mengurangi tekanan.
-          Bantal lain ditempatkan di bagian bawah kaki. Hal ini menghindari tekanan pada jari kaki, dan menjaga agar kaki berada di posisi yang tepat.
-          Pasien juga boleh dipindahkan posisinya ke ujung bagin bawah tempat tidur sehingga kaki dapat diluruskan. Hal ini  merupakan cara lain untuk mengurangi tekanan pada jari kaki.
d.      Posisi Rekumben lateral kiri
Pasien dimiringkan ke kiri. Tulang punggung harus lurus.
-          Sebuah antal dapat digunakan di bawah kepala
-          Kaki kanan ditekuk, ditahan oleh bantal.cara ini mempertahankan hubungan yang besar antara kaki dan panggul.
-          Bantal di depan pasien diulurkan ke bawah lengan kanan dan bahu.
-          Tangan kiri ditekuk dan diletakkan di bawah bantal yang berada di kepala.
e.       Posisi Semi Fowlers
Pasien ditumpukan pada bagian punggung. Bagian kepala tempat tidur dinaikkan sebagai berikut :
I.                   Semi Fowler – kepala dinaikkan 30o
II.                Fowler – kepala dinaikkan 45o-60o
III.             High Fowler – kepala dinaikkan 90o
-          Digunakan satu, dua atau tiga bantal untuk menopang kepala dan bahu.
-          Lutut dapat ditekuk sedikit dan ditopang dengan bantal.
-          Bantal dapat ditempatkan di bawah masing-masing lengan sebagai penopang.
-          Bantalan kaki mempertahankan kaki pada posisinya.
f.        Posisi Sims
Pasien ditempatkan pada sisi kiri dengan kaki kiri lurus dan kaki kanan ditekuk.
-          Lengan kiri ditempatkan di belakang punggung dan diluruskan.
-          Lengan kanan ditekuk dan diletakkan di bahian depan tempat tidur. Lengan ini ditopang oleh bantal.
-          Bantal kecil diletakkan di bawah kepala. Posisi ini sering digunakan untuk pemeriksaan dan pengobatan rectal serta enema.
g.      Posisi Duduk
Pasien harus ditempatkan pada kursi yang nyaman dan baik, agar kepala dan tulang belakang tegak. Punggung dan bokong harus bersandar pada kursi. Kaki harus rata di lantai.
-          Bantal atau penyokong postur mungkin diperlukan untuk mempertahankan posisi.
-          Handuk kecil dilipat dan ditempatkan di punggung untuk menambah kenyamanan dan untuk menopangnya. Bantal kecil juga dapat di gunakan.

2.2.2.      Keseimbangan tubuh
Kesejajaran tubuh menunjang keseimbangan tubuh. Tanpa keseimbangan ini, gravitasi akan berubah, meningkatkan gaya gravitasi, sehingga menyebabkan risiko jatuh dan cedera. Keseimbangan tubuh diperoleh jika dasar penopang luas, pusat gravitasi berada pada dasar penopang, dan garis vertikal dapat ditarik dari pusat gravitasi ke dasar penopang. Keseimbangan tubuh dapat juga ditingkatkan dengan postur dan merendahkan pusat gravitasi, yang dicapai dengan posisi jongkok. Semakin sejajar postur tubuh, semakin besar keseimbangannya (Perry dan Potter, 1994). Keseimbangan dibutuhkan untuk mempertahankan posisi, memperoleh kestabilan selama bergerak dari satu posisi ke posisi lain, melakukan aktivitas sehari-hari, dan bergerak bebas di komunitas.
Kemampuan untuk mencapai keseimbangan dipengaruhi oleh penyakit, gaya berjalan yang tidak stabil pada toddler, kehamilan, medikasi dan proses menua. Gangguan pada kemampuan ini merupakan ancaman untuk keselamatan fisik dan dapat menyebabkan ketakutan terhadap keselamatan seseorang dengan membatasi diri dalam beraktivitas (Bergetal, 1992)


2.2.3.      Koordinasi Gerakan
Berat adalah gaya tubuh yang digunakan terhadap gravitasi. Ketika suatu obyek diangkat, pengangkat harus menguasai berat obyek dan mengetahui pusat gravitasinya. Karena manusia tidak mempunyai bentuk geometris yang sempurna, maka pusat gravitasinya biasanya berada pada 55% sampai 57% tinggi badannya ketika berdiri dan berada ditengah.
Friksi adalah gaya yang muncul dengan arah gerakan yang berlawanan dengan arah gerakan benda. Misalnya menggerakkan klien diatas tempat tidur maka akan terjadi friksi. Perawat dapat mengurangi friksi dengan mengikuti beberapa prinsip dasar. Semakin besar area permukaan suatu obyek yang bergerak, semakin besar friksi.
Klien pasif atau immobilisasi akan menghasilkan friksi yang lebih besar untuk bergerak. Friksi dapat juga dikurangi dengan mengangkat, bukan mendorong klien. Mengangkat merupakan komponen gerakan keatas dan mengurangi tekanan antara klien dan tempat tidur atau kursi.

 2.3. Prinsip Body Mechanic
Mekanika tubuh penting bagi perawat dan klien. Hal ini mempengaruhi tingkat kesehatan mereka. Mekanika tubuh yang benar diperlukan untuk mendukung tingkat kesehatan dan mencegah kecacatan serta untuk menjaga keselamatan klien. Disamping itu, mekanika tubuh juga bertujuan untuk, menghibur pasien yaitu dengan meningkatkan kenyamanan dan kerjasama. Dalam hal ini, perawat menggunakan berbagai kelompok otot untuk setiap aktivitas keperawatan, seperti berjalan selama ronde keperawatan, memberikan obat, mengangkat dan memindahkan klien dan menggerakkan objek. Gaya fisik dari berat dan friksi dapat mempengaruhi pergerakan tubuh. Jika digunakan dengan benar, kekuatan ini dapat meningkatkan efisiensi perawat. Penggunaan yang tidak benar dapat mengganggu kemampuan perawat untuk mengangkat, memindahkan, dan mengubah posisi klien (Owen dan Garg, 1991) Perawat juga menggabungkan pengetahuan tentang pengaruh fisiologis dan patologis pada mobilisasi dan kesejajaran tubuh.

2.4. Organ yang Terkait dengan Body Mechanics dan Body Alignment
a.       Mekanika tubuh adalah usaha untuk mengkoordinasi sistem muskuloskeletal dan saraf sehingga individu bergerak, mengangkat, membungkuk, berdiri, duduk, berbaring, dan melakukan aktivitas sehari-hari dengan sempurna.
b.      Koordinasi gerakan tubuh membutuhkan integrasi fungsi sistem skeletal, otot skelet, dan sistem saraf.
Ø   Skelet
Mendukung struktur penyokong tulang untuk bergerak, menghubungkan ligament dan otot, melindungi organ penting, mengatur produk kalsium dan sel darah merah.
Ø  Sistem saraf
Mendukung gerakan awal dan control gerakan volunteer
Ø  Organ yang terkait
Otak yang bekerja sama dengan telinga. Didalam telinga terdapat koklea yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan tubuh.
Ø  Keseimbangan:
Pada telinga, nervus yang terbesar dalam kanalis semisirkularis menghantarkan impuls-impuls menuju otak. Impuls-impuls ini dibangkitkan dalam kanal-kanal, karena adanya perubahan kedudukan cairan dalam kanal atau saluran-saluran itu. Hal ini mempunyai hubungan erat dengan kesadaran kedudukan kepala terhadap badan. Apabila seseorang didorong ke salah satu sisi maka kepalanya cenderung miring ke arah lain (berlawanan dengan arah badan yang didorong) guna mempertahankan keseimbangan, berat badan diatur, posisi badan dipertahankan sehingga jatuhnya badan dapat dipertahankan.
Perubahan kedudukan cairan dalam saluran semisirkuler inilah yang merangsang impuls. Respons badan berupa gerak refleks, guna memindahkan berat badan serta mempertahankan keseimbangan. Untuk mempertahankan posisi tertentu, gaya grafitasi harus dilawan melalui mekanisme sensori organ proprioseptif. Aparatus vestibuli mendeteksi perubahan sinyal untuk mengaktifkan respons motor adaptif dalam mempertahankan keseimbangan.

Mobilisasi
3.1.1. Pengertian Mobilisasi
Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan kegiatan
dengan bebas, mudah dan teratur (kosier, 1989).
3.1.2. Tujuan dari mobilisasi
1. Memenuhi kebutuhan dasar manusia
2. Mencegah terjadinya trauma
3. Mempertahankan tingkat kesehatan
4. Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari ± hari
5. Mencgah hilangnya kemampuan fungsi tubuh ketahanan otot dan kekuatan
otot.
3.1.3. Faktor ± faktor yang mempengaruhi Mobilisasi
1. Gaya hidup
Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas seseorang,
karena gaya hidup berdampak pada perilaku dan kebiasaan.
Gaya hidup sesorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan di ikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan tetang mobilisasi seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat misalnya; seorang ABRI akan berjalan dengan gaya berbeda dengan seorang pramugari atau seorang pemambuk.
2. Prosespenyakit daninjuri
Adanya penyakit tertentu yang di derita seseorang akan mempengaruhi mobilisasinya karena dapat mempengaruhi fungsi system tubuh misalnya; seorang yang patah tulang akan kesulitan untuk mobilisasi secara bebas. Demikian pula orang yang baru menjalani operasi. Karena adanya nyeri mereka cenderung untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus
istirahat di tempat tidurkarena mederita penyakit tertentu misallya; CVA
yang berakibat kelumpuhan, typoid dan penyakit kardiovaskuler.
3. Kebudayaan
Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan aktifitas misalnya; seorang anak desa yang biasa jalan kaki setiap hari akan berebda mobilisasinya dengan anak kota yang biasa pakai mobil dalam segala keperluannya. Wanita kraton akan berbeda mobilisasinya dibandingkan dengan seorang wanita madura dan sebagainya.
4. Tingkatenergy
Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi, orang yang lagi sakit akan berbeda mobilisasinya di bandingkan dengan orang sehat apalagi dengan seorang pelari.
5. Usia dan statusperkembangan
Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilisasiny dibandingkan dengan seorang remaja. Anak yang selalu sakit dalam masa pertumbuhannya akan berbeda pula tingkat kelincahannya dibandingkan dengan anak yang sering sakit.
3.1.4. Jenis-Jenis Mobilisasi
1. Mobilisasi penuh
Mobilisasi penuh merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari. Mobilisasi penuh ini merupakan fungsi saraf motoris volunteer dan sensoris untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
2. Mobilisasi sebagian
Mobilisasi sebagian merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan yang jelas sehingga tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motoris dan sensoris pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi. Pasien paraplegi dapat mengalami mobilisasi sebagian

2.5.      Posisi Tubuh yang Aman Saat Bekerja
Saat perawat melakukan pekerjaan, haruslah memperhatikan aspek-aspek keamanan. Selain itu kita harus memperhatikan organ-organ yang terlibat dalam menunjang posisi tubuh saat bekerja.

a.       Pertahankan punggung anda tetap lurus.
b.      Rentangkan kaki anda agar dapat menjadi landasan penunjang yang baik
c.       Membungkuk dari pinggul dan lutut agara lebih dekat ke objek, jangan membungkuk dari pinggang.
d.      Menggunakan berat badan anda untuk membantu mendorong atau menarik objek.
e.       Gunakan otot-otot kuat untuk melakukan pekerjaan.
f.       Hindari memutar sebagian badan anda ketika bekerja dan membungkuk dalam waktu yang lama. Putarlah seluruh tubuh.
g.      Pegang dan tahan objek yang berat dekat dengan tubuh anda.
h.      Dorong atau tariklah objek daripada mengangkatnya.
i.        Selalu meminta bantuan bila pasien atau benda terlalu berat untuk digerakkan sendiri.
j.        Serempakkan gerakan. Siapkan pasien dan anggota saraf yang lain dengan memeberitahukan mereka bila anda sudah siap, atau dengan hitungan sampai tiga dan semua bergerak serentak pada hitungan ke tiga.


BAB III
PENUTUP

3.1.         Simpulan

Dari makalah tersebut, dapat disimpulkan bahwa body alignment adalah susunan geometric bagian-bagian tubuh dalam hubungannya dengan bagian-bagian tubuh yang lain.
Body alignment yang buruk dapat: Mengurangi penampilan individu dan mempengaruhi kesehatan Body Alignment yang baik dapat meningkatkan fungsi tangan.
Range of Motion (ROM) adalah suatu teknik dasar yang digunakan untuk menilai gerakan dan untuk gerakan awal kedalam suatu program intervensi terapeutik. Gerakan ROM  bisa dilakukan pada leher,ekstermitas atas dan ekstermitas bawah. Latihan rentang gerak pada leher, meliputi gerakan fleksi,ekstensi,rotasi lateral,dan fleksi lateral. Menurut reeves (2001) rentang gerak (ROM) standar untuk ekstermitas  atas dan ekstermitas bawah .
Body Mechanic (mekanika tubuh) adalah suatu usaha mengoordinasikan sistem muskuloskeletal dan sistem saraf dalam mempertahankan keseimbangan, postur dan kesejajaran tubuh selama mengangkat, membungkuk, bergerak dan melakukan aktivitas. Organ-oragn yang terkait dengan body mechanics dan body alignment adalah skelet, sistem saraf, organ yang terkait, keseimbangan pada telinga.
Saat perawat melakukan pekerjaan, haruslah memperhatikan aspek-aspek keamanan. Selain itu kita harus memperhatikan organ-organ yang terlibat dalam menunjang posisi tubuh saat bekerja.


3.2.        Saran
1.      Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep ROM, ambulasi, body alignment, mekanika gerak dan gaya.
2.      Mahasiswa menerapkan ilmu tersebut dalam praktek keperawatan
3.      Bagi para pembaca diharapkan dapat memanfaatkan makalah ini dengan sebaik – baiknya  sebagai penambah ilmu pengetahuan.


DAFTAR PUSTAKA

-          Nurma ningsih,Lukman.2009.asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system musculoskeletal.jakarta :salemba medika
-          Potter, Perry.2006.Konsep Proses dan praktik, Fundamental Keperawatan, vol. 2, edisi 4. Penerbit buku kedokteran EGC.
-          Perry,A,G.& Potter,P.A. 1999.Fundamental Keperawatan,buku kedokteran.Jakarta:EGC





3 komentar:

Anonim mengatakan...

permisi gan
saya numpang tanya
ada nggak makalah tentang cara memindahkan atau mengangkat pasien dengan 1,2,3 orang perawat

mohon bantuannya

Unknown mengatakan...

nice blog!

Ditya Didit mengatakan...

Trimakasih gan

Posting Komentar

Tolong komentarnya teman - teman, untuk menjadikan blog ini semakin berkualitas dan bermanfaat. Terima Kasih :)

Daftar Isi Blog