Selamat Datang!

Terima kasih atas kunjungannya, jangan lupa tinggalkan komentar, OK!

Tab

Selasa, 28 Februari 2012

LAPORAN PENDAHULUAN BRONCHOPNEUMONIA




A.    KONSEP DASAR PENYAKIT BRONCHOPNEUMONIA
1.      PENGERTIAN
Istilah bronchopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang mempunyai penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi dalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Brunner & Suddarth, 2001). Bronchopneu monia disebut juga pneumonia lobularis, yaitu radang paru- paru yang di sebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan lain- lain.
Bronchopneumonia/ pneumonia lobaris merupakan radang paru yang menyebabkana bronkhioli terminal. Bronkhioli terminal tersumbat oleh eksudat yang berbentuk bercak- bercak., kemudian menjadi bagian yang terkonsulidasi atau membentuk gabungan dan meluas ke parenkim paru. 
Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran pernafasan atas, demam, infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh.

2.      ETIOLOGI
Broncopneumonia dapat disebabkan oleh:
·         Bakteri= streptococcus, straphylococcus, influenmza
·         Virus= legionella pneumonia, virus influenza
·         Jamur= aspergilus, candida albicons
·         Aspirasi makanan, sekresi oropharing/isi lambung ke dalam paru
·         Kongesti paru kronik
·         Flora normal, hidrokarbon.






3.      PATOFISIOLOGI
Sebagian besar penyebab bronkopneumonia adalah mikroorganisme (jamur, bakter, virus) dan sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (minyak tanah, bensin dan sejenisnya). Serta aspirasi ( masuknya isi lambung ke dalam saluran napas). Awalnmya mikroorganisme akan masuk melalui percikan ludah ( droplet) infasi ini akan masuk ke saluran pernapasan atas dan menimbulkan reaksi imunologis dari tubuh. Reaksi ini menyebabkan peradangan, dimana saat terjadi  peradangan ini tubuh akan menyesuaikan diri sehingga timbulah gejala demam pada penderita.
Reaksi peradangan ini akan menimbulkan secret. Semakin lama secret semakin menumpuk di bronkus sehingga aliran bronkus menjadi semakin sempit dan pasien akan merasa sesak. Selain terkumpul di bronkus, lama kelamaan secret akan sampai ke alveolus paru dan mengganggu system pertukaran gas di paru.
Selain menginfeksi saluran napas, bakteri ini juga dapat menginfeksi saluran cerna saat ia terbawa oleh darah. Bakteri ini akan membuat flora normal dalam usus menjadi agen pathogen sehingga timbul masalah GI tract.
 






PATHWAY 









4.      GEJALA KLINIS
A.    Pnemonia bakteri
Gejala :
-          Rinitis ringan
-          Anoreksia
-          Gelisah
Ø  Berlanjut sampai:
-          Demam
-          Malaise  (tidak nyaman)
-          Nafas cepat dan dangkal.
-          Ekspirasi berbunyi.
-          Lebih dari 5 tahun, sakit kepala dan kedinginan
-          Kurang dari 2 tahun vomitus dan diare ringan
-          Leukositosis
-          Foto thorak pneumonia lebar
B.     Pnemonia Virus
Gejala awal
-          Batuk
-          Rhinitis
Ø  Berkembang sampai
-          Demam ringan, batuk ringan dan malaise sampai demam tinggi batuk hebat dan lesu.
-          Emfisema obstruktif
-          Ronkhi basah.
C.     Pneumonia mikroplasma
-          Demam
-          Sakit kepala
-          Menggigil
-          Anoreksia
Ø  Berkembang sampai
-          Rhinitis alergi
-          Sakit tenggorokan batuk kering berdarah
-          Area konsolidasi pada pemeriksa thorak.
5.         PEMERIKSAAN PENUNJANG
A.    Pemeriksaan Laboratorium
-          Leukosit meningkat 15.000-40.000/mm3
-          Laju endap darah meningkat 100mm
-          ASTO meningkat pada infeksi streptococcus.
-          GDA menunjukkan hipoksemia tanpa hiperkapnea atau retensi  CO2
-          Urin biasanya berwarna lebih tua, mungkin terdapat albumin urin ringan karena peningkatan suhu tubuh.
B.     Pemeriksaan Radiologi
-          Terlihat bercak- bercak pada bronkus hingga lobus.

6.         PENATALAKSANAAN
a.       Antibiotic seperti ; penisilin, eritromicin, kindomisin, dan sefalosforin.
b.      Terapi oksigen (O2)
c.       Nebulizer, untuk mengencerkandahak yang kental dan pemberian bronkodilator.
d.      Istirahat yang cukup
e.       Kemoterafi untuk mikoplasma pneumonia dapat diberikan eritromicin 4x 500 mg/ hari atau tetrasiklin 3-4 x 500mg/ hari.

7.         KOMPLIKASI 
a.       Atelektasis        :Pengembangan paru yang tidak sempurna.
b.      Emfisema          : Terdapatnya pus pada rongga pleura.
c.       Abses paru        :pengumpulan pus pada jaringan paru yang meradang.
d.      Infeksi sistomik
e.       Endokarditis     :peradangan pada endokardium.
f.       Meningitis         : Peradangan pada selaput otak.








8.      PENCEGAHAN PADA ANAK
a.       Hindari anak dari paparan asap rokok, polusi dan tempat keramaian yang berpotensi penularan.
b.      Hindari kontak anak dengan penderita ISPA
c.       Membiasakan pemberian ASI
d.      Segera berobat jika terjadi demam, batuk, dan pilek, terlebih disertai suara sesak dan sesak pada anak.
e.       Imunisasi Hb untuk kekebalan terhadapa hameophilus influenza.

























B.   KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN.
1.    PENGKAJIAN KEPERAWATAN.
1)      Identitas.
2)      Riwayat Keperawatan.
a.       Keluhan utama.
Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, diserai pernapasan cuping hidupng, serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang disertai muntah dan diare.atau diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.
b.      Riwayat penyakit sekarang.
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.
c.       Riwayat penyakit dahulu.
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun.
d.      Riwayat kesehatan keluarga.
Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran pernapasan dapat menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya.
e.       Riwayat kesehatan lingkungan.
Menurut Wilson dan Thompson, 1990 pneumonia sering terjadi pada musim hujan dan awal musim semi. Selain itu pemeliharaan ksehatan dan kebersihan lingkungan yang kurang juga bisa menyebabkan anak menderita sakit. Lingkungan pabrik atau banyak asap dan debu ataupun lingkungan dengan anggota keluarga perokok.
f.       Imunisasi.
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena system pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder.
g.      Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
h.      Nutrisi.
Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energi protein = MEP).
3)      Pemeriksaan persistem.
a.       Sistem kardiovaskuler.
Takikardi, iritability.
b.      Sistem pernapasan.
Sesak napas, retraksi dada, melaporkan anak sulit bernapas, pernapasan cuping hdidung, ronki, wheezing, takipnea, batuk produktif atau non produktif, pergerakan dada asimetris, pernapasan tidak teratur/ireguler, kemungkinan friction rub, perkusi redup pada daerah terjadinya konsolidasi, ada sputum/sekret. Orang tua cemas dengan keadaan anaknya yang bertambah sesak dan pilek.
c.       Sistem pencernaan.
Anak malas minum atau makan, muntah, berat badan menurun, lemah. Pada orang tua yang dengan tipe keluarga anak pertama, mungkin belum memahami tentang tujuan dan cara pemberian makanan/cairan personde.
d.      Sistem eliminasi.
Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang tua mungkin belum memahami alasan anak menderita diare sampai terjadi dehidrasi (ringan sampai berat).
e.       Sistem saraf.
Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis terus pada anak-anak atau malas minum, ubun-ubun cekung.
f.       Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Tonus otot menurun, lemah secara umum,
g.      Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan.
h.      Sistem integumen.
Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat, akral hangat, kulit kering, .
i.        Sistem penginderaan.
Tidak ada kelainan.




4)      Pemeriksaan diagnostik dan hasil.
Secara laboratorik ditemukan lekositosis, biasanya 15.000 - 40.000 / m3 dengan pergeseran ke kiri. LED meninggi. Pengambilan sekret secara broncoskopi dan fungsi paru-paru untuk preparat langsung; biakan dan test resistensi dapat menentukan/mencari etiologinya. Tetapi cara ini tidak rutin dilakukan karena sukar. Pada punksi misalnya dapat terjadi salah tusuk dan memasukkan kuman dari luar. Foto roentgen (chest x ray) dilakukan untuk melihat :
·         Komplikasi seperti empiema, atelektasis, perikarditis, pleuritis, dan OMA.
·         Luas daerah paru yang terkena.
·         Evaluasi pengobatan
Pada bronchopnemonia bercak-bercak infiltrat ditemukan pada salah satu atau beberapa lobur.
Pada pemeriksaan ABGs ditemukan PaO2 < 0 mmHg.

2.       DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sputum ditandai dengan adanya ronchi, dan ketidakefektifan batuk.
2.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan proses infeksi pada jaringan paru (perubahan membrane alveoli) ditandai dengan sianosis, PaO2 menurun, sesak nafas.
3.      Hipertermi berhubungan dengan inflamasi terhadap infeksi saluran nafas ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, mengigil, akral teraba panas.
4.      Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme sekunder terhadap demam dan proses infeksi ditandai dengan nafsu makan menurun, BB turun, mual dan muntah, turgor kulit tidak elastis.
5.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai O2 dengan kebutuhan oksigen ditandai dengan tidak mampu berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari sesuai kemampuan tanpa bantuan.
6.      Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh,kehilangan cairan karena berkeringat banyak, muntah atau diare.
7.      Resiko infeksi berhubungan dengan resiko terpajan bakteri patogen



3.      INTERVENSI
Diagnosa 1
Tujuan dan criteria hasil : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama (…x…) diharapkan jalan nafas pasien efektif dengan criteria hasil : jalan nafas paten, tidak ada bunyi nafas tambahan, tidak sesak, RR normal (35-40x/menit), tidak ada penggunaan otot bantu nafas, tidak ada pernafasan cuping hidung
INTERVENSI
RASIONAL
-          Observasi TTV terutama respiratory rate

-          Auskultasi area dada atau paru, catat hasil pemeriksaan


-          Latih pasien batuk efektif dan nafas dalam

-          Lakukan suction sesuai indikasi


-          Memberi posisi semifowler atau supinasi dengan elevasi kepala
-          Anjurkan pasien minum air hangat
Kolaborasi :
-          Bantu mengawasi efek pengobatan nebulizer dan fisioterapi nafas lainnya.

-          Berikan obat sesuai indikasi, seperti mukolitik, ekspektoran, bronkodilator, analgesic
-          Berikan O2 lembab sesuai indikasi
-          Member informasi tentang pola pernafasan pasien, tekanan darah, nadi, suhu pasien.
-          Crekcels, ronkhi dan mengi dapat terdengar saat inspirasi dan ekspirasi pada tempat konsolidasi sputum

-          Memudahkan bersihan jalan nafas dan ekspansi maksimum paru

-          Mengeluarkan sputum pada pasien tidak sadar atau tidak mampu batuk efektif

-          Meningkatkan ekspansi paru

-          Air hangat dapat memudahkan pengeluaran secret
-          Memudahkan pengenceran dan pembuangan secret

-          Proses medikamentosa dan membantu mengurangi bronkospasme

-          Mengurangi distress respirasi
Diagnosa 2
Tujuan dan KH : setelah dilakukan asuhan (..x..) diharapkan ventilasi pasien tidak terganggu dengan KH : GDA dalam rentang normal ( PO2 = 80 – 100 mmHg, PCO2 = 35 – 45 mmHg, pH = 7,35 – 7,45, SaO2 = 95 – 99 %), tidak ada sianosis, pasien tidak sesak dan rileks.
Intervensi
Rasional
-          Kaji frekuensi, kedalaman, kemudahan bernapas pasien.

-          Observasi warna kulit, membran mukosa bibir.

-          Berikan lingkungan sejuk, nyaman, ventilasi cukup.

-          Tinggikan kepala, anjurkan napas dalam dan batuk efektif.

-          Pertahankan istirahat tidur.

-          Kolaborasikan pemberian oksigen dan pemeriksaan lab (GDA)
-       Memberi informasi tentang pernapasan pasien.

-       Kebiruan menunjukkan sianosis.


-       Untuk membuat pasien lebih nyaman.


-       Meningkatkan inspirasi dan pengeluaran sekret.

-       Mencegah terlalu letih.

-       Mengevaluasi proses penyakit dan mengurangi distres respirasi.



Diagnosa 3
Tujuan dan KH : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama (...x...) diharapkan suhu pasien turun atau normal (36,5 – 37,5°C) dengan KH: pasien tidak gelisah, pasien tidak menggigil, akral teraba hangat, warna kulit tidak ada kemerahan.
Intervensi
Rasional
-          Kaji suhu tubuh pasien

-          Pertahankan lingkungan tetap sejuk

-          Berikan kompres hangat basah pada ketiak, lipatan paha, kening (untuk sugesti)

-          Anjurkan pasien untuk banyak minum



-          Anjurkan mengenakan pakaian yang minimal atau tipis
-          Berikan antipiretik sesuai indikasi

-          Berikan antimikroba jika disarankan
-    Data untuk menentukan intervensi

-    Menurunkan suhu tubuh secara radiasi


-    Menurunkan suhu tubuh secara konduksi


-    Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan cairan tubuh meningkat, sehingga diimbangi dengan intake cairan yang banyak

-    Pakaian yang tipis mengurangi penguapan cairan tubuh
-    Antipiretik efektif untuk menurunkan demam
-    Mengobati organisme penyebab




Diagnosa 4
Tujuan dan KH : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama (...x...) diharapkan kebutuhan nutrisi pasien adekuat dengan KH: nafsu makan pasien meningkat, BB pasien ideal, mual muntal berkurang, turgor kulit elastis, pasien tidak lemas
Intervensi
Rasional
-          Kaji penyebab mual muntah pasien

-          Berikan perawatan mulut

-          Bantu pasien membuang atau mengeluarkan sputum sesering mungkin

-          Anjurkan untuk menyajikan makanan dalam keadaan hangat

-          Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering


-          Kolaborasikan untuk memilih makanan yang dapat memenuhi kebutuhan gizi selama sakit
-          Untuk menentukan intervensi selanjutnya
-          Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan
-          Sputum dapat menyebabkan bau mulut yang nantinya dapat menurunkan nafsu makan

-          Membantu meningkatkan nafsu makan


-          Meningkatkan intake makanan


-          Memenuhi gizi dan nutrisi sesuai dengan keadaan pasien




Diagnosa 5:
Tujuan dan K.H : setelah diberikan asuhan keperawatan selama (…x…) diharapkan toleransi pasien terhadap aktifitas meningkat dengan KH : pasien mampu berpartisipasi dalam kegiatan sehari – hari sesuai kemampuan tanpa bantuan, pasien mampu mempraktekkan teknik, penghematan energy, TTV stabil (S = 36,5°C – 37,5°C, N = 75 – 100x/menit, RR = 35 -40 x/ menit)

Intervensi
Rasional
-          Evaluasi tingkat kelemahan dan toleransi pasien dalam melakukan kegiatan

-          Berikan lingkungan yang tenang dan periode istirahat tanpa ganguan

-          Bantu pasien dalam melakukan aktifitas sesuai dengan kebutuhannya

Kolaborasi :
-          Berikan oksigen tambahan
-    Sebagai informsdi dalam menentukan intervensi selanjutnya


-    Menghemat energy untuk aktifitas dan penyembuhan

-    Oksigen yang meningkat akibat aktifitas


-    Mengadekuatkan persediaan oksigen




Diagnosa 6
Tujuan dan KH : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama (…x…) diharapkan volume cairan tubuh pasien seimbang dengan KH : membrane mukosa pasien lembab, turgor kulit baik, pengisian capiler cepat / < 3detik, input dan output seimbang, pasien tidak muntah. Pasien tidak diare, TTV normal (S = 36,5°C – 37,5°C, N = 75 – 100x/menit, RR = 35 -40 x/ menit)
Intervensi
Rasioanl
-       Observasi TTV @ 2- 4 jam, kaji turgor kulit.

-       Pantau intake dan output cairan


-       Anjurkan pasien minum air yang banyak

Kolaborasi :
-       Berikan terapi intravena seperti infuse sesuai indikasi

-       Pasang NGT sesuai indikasi untuk pemasukan cairan
-      Peningkatan suhu menunjukkan peningkatan metabolic

-      Mengidentifikasi kekurangan volume cairan

-      Menurunkan resiko dehidrasi


-      Melengkapi kebutuhan cairan pasien


-      Membantu memenuhi cairan bila tidak bias dilakukan secara oral



Diagnosa 7

Tujuan dan KH : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan infeksi tidak terjadi dengan KH: klien bebas dari tanda dan gejala infeksi, menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi, jumlah leukosit dalam batas normal, menunjukkan perilaku hidup sehat
Intervensi
Rasioanl
-          Kaji suhu badan 8 jam
-          Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
-          Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas
-          Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
Kolaborasi
-          Berikan terapi antibiotik
-          Mendeteksi adanya tanda dari infeksi
-          Mempermudah untuk penanganan jika infeksi terjadi
-          Panas, kemerahan merupakan tanda dari infeksi
-          Dengan melibatkan keluarga tanda infeksi lebih cepat diketahui

-          Antibiotik efektif untuk mencegah penyebaran bakteri

4.      IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah di buat sebelumnya.




5.      EVALUASI
Dx 1    :
-          Jalan nafas pasien efektif
-          Tidak ada bunyi nafas tambahan
-          Jalan nafas pasien paten
-          Pasien tidak sesak
-          RR normal (30-40x/menit)
-          Tidak ada penggunaan otot bantu nafas
-          Tidak ada pernafasan cuping hidung
Dx 2    :
-          Ventilasi pasien tidak terganggu
-          GDA normal
·         PO2 = 80-100mmHg
·         PCO2 = 35-45mmHg
·         pH = 7,35-7,45
·         SaO2 = 95%-99%
-          Tidak ada sianosis
-          Tidak ada sesak
-          Pasien terlihat rileks
Dx 3    :
-          Suhu pasien normal (36,5-37,50C)
-          Pasien tidak gelisah
-          Pasien tidak menggigil
-          Akral teraba hangat
Dx 4      :
-          Kebutuhan nutrisi pasien adekuat
-          Nafsu makan pasien meningkat
-          Pasien tidak mual muntah
-          Turgor kulit elastic
-          BB pasien ideal
-          Pasien tidak lemas
Dx 5      :
-          Toleransi pasien terhadap aktivitas meningkat
-          Pasien mampu berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari sesuai tingkat kemampuan tanpa bantuan
-          Pasien mampu mempraktekkan penghematan energy
-          TTV stabil : S = 36,5-37,50C
                     N = 100-120x/menit
                     RR = 30-40x/menit
Dx 6      :
-          Volume cairan pasien adekuat/seimbang
-          Membran mukosa pasien lembab
-          Turgor kulit elastis
-          TTV stabil : S = 36,5-37,50C
                     N = 100-120x/menit
                     RR = 30-40x/menit
-          CRT < 3 detik
Dx 7      :
-          klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
-          menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
-           jumlah leukosit dalam batas normal
-           menunjukkan perilaku hidup sehat



DAFTAR PUSTAKA
Dongoes. Marlym.2000.Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3 Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne.2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah.Vol 1.Jakarta : EGC
Zul Dahlan .2000.Ilmu Penyakit Dalam Edisi III. Jakarta :  Balai penerbit FK UL
Rcevers,Chalene. J et all.2000.Keperawatan medical Bedah. Jakarta: Salemba Medika 

0 komentar:

Posting Komentar

Tolong komentarnya teman - teman, untuk menjadikan blog ini semakin berkualitas dan bermanfaat. Terima Kasih :)

Daftar Isi Blog