Selamat Datang!

Terima kasih atas kunjungannya, jangan lupa tinggalkan komentar, OK!

Tab

Minggu, 10 April 2011

Antro-Kes


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Secara teoritis dan praktis, antropologi kesehatan sebagai ilmu akan memberikan suatu sumbangan pada pengemban pelayanan kesehatan, termasuk didalamnya obstetri ginekologi sosial. Bentuk dasar sumbangan keilmuan tersebut berupa pola pemikiran, cara pandang atau bahkan membantu dengan paradigma untuk menganalisis suatu situasi kesehatan, berdasarkan perspektif yang berbeda dengan sesuatu yang telah dikenal para petugas kesehatan saat ini.
Sejarah keilmuan yang sedang dipelajari bermula dari filsafat sebagai “mother of science” dalam ilmu yang mempelajari manusia terdiri dari: sosiologi, antropologi dan psikologi. Dalam perkembangan dan penerapan keilmuan selanjutnya ketiga ilmu ini dikategorikan sebagai ilmu perilaku. Secara khusus, sosiologi dan antropologi mempelajari manusia, dengan titik berat sebagai mahluk bermasyarakat. Sedangkan, psikologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang aspek-aspek kepribadian individu (lebih ke arah sosok manusia itu sendiri) dalam berinteraksi dengan masyarakatnya.
Antropologi mempunyai pandangan tentang pentingnya pendekatan budaya. Budaya merupakan pedoman individual sebagai anggota masyarakat dan bagaimana cara memandang dunia, bagaimana mengungkapkan emosionalnya, dan bagaimana berhubungan dengan orang lain, kekuatan supernatural atau Tuhan serta lingkungan alamnya. Budaya itu sendiri diturunkan dari suatu generasi ke generasi selanjutnya dengan cara menggunakan simbol, bahasa, seni, dan ritual yang dilakukan dalam perwujudn kehidupan sehari-hari. Di sisi lain, latar belakang budaya mempunyai pengaruh yang penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia (kepercayaan, perilaku, persepsi, emosi, bahasa, agama, ritual, struktur keluarga, diet, pakaian, sikap terhadap sakit, dll). Selanjutnya, hal-hal tersebut tentunya akan mempengaruhi status kesehatan masyarakat dan pola pelayanan kesehatan yang asa di masyarakat tersebut.
Secara umum, antropologi kesehatan senantiasa memberikan sumbangan pada ilmu kesehatan lain sebagai berikut: (1) Memberikan suatu cara untuk memandang masysrakat secara keseluruhan termasuk individunya. Dimana cara pandang yang tepat akan mampu untuk memberikan kontribusi yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan suatu masyarakat dengan tetap bertumpu pada akar kepribadian masyarakat yang membangun. Contoh pendekatan sistem, holistik, emik, relativisme yang menjadi dasar pemikiran antropologi dapat digunakan untuk membantu menyelesaikan masalah dan mengembangkan situasi masyarakat menjadi lebih baik; (2) Memberikan suatu model yang secara operasional berguna untuk menguraikan proses sosial budaya bidang kesehatan. Memang tidak secara tepat meramalkan perilaku individu dan masyarakatnya, tetapi secara tepat bisa memberikan kemungkinan luasnya pilihan yang akan dilakukan bila masyarakat berada pada situasi yang baru; (3) Sumbangan terhadap metode penelitian dan hasil penelitian. Baik dalam merumuskan suatu pendekatan yang tepat maupun membantu analisis dan iterpretasi hasil tentang suatu kondisi yang ada di masyarakat.

B.     Rumusan Masalah
1)      Apa hubungan antara sosial budaya dan biologi yang merupakan dasar perkembangan antro kesehatan?
2)      Bagaimana perkembangan antro kesehatan dari sisi biological pole?
3)      Bagaimana perkembangan antro kesehatan dari sisi sosiocultural pole?
4)      Apa bedanya perkembangan antro kesehatan biological pole dengan sosiocultural pole?
5)      Apa kegunaan antro kesehatan?

C.    Tujuan
1)      Untuk mengetahui hubungan antara sosial budaya dan biologi yang merupakan dasar perkembangan antro kesehatan.
2)      Untuk mengetahui perkembangan antro kesehatan.
3)      Untuk mengetahui kegunaan antro kesehatan.

D.    Manfaat
1)      Mengetahui hubungan antara sosial budaya dan biologi yang merupakan dasar perkembangan antro kesehatan.
2)      Mengetahui perkembangan antro kesehatan.
3)      Mengetahui kegunaan antro kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN


A.    Hubungan antara sosial budaya dan biologi yang merupakan dasar perkembangan antro kesehatan
 Antropologi Kesehatan adalah disiplin yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosio-budya dari tingkahlaku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya disepanjang sejarah kehidupan manusia, yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit pada manusia (Foster/Anderson, 1986; 1-3).
Antropologi kesehatan membantu mempelajari sosio-kultural dari semua masyarakat yang berhubungan dengan sakit dan sehat sebagai pusat dari budaya, diantaranya:
1.      Penyakit yang berhubungan dengan kepercayaan (misfortunes)
2.      Di beberapa masyarakat misfortunes disebabkan oleh kekuatan supranatural maupun supernatural atau penyihir
3.      Kelompok healers ditemukan dengan bentuk yang berbeda di setiap kelompok masyarakat
4.      Healers mempunyai peranan sebagai penyembuh
5.      Adapun perhatian terhadap suatu keberadaan sakit atau penyakit tidak secara individual, terutama illness dan sickness pada keluarga ataupun masyarakat.
Ada beberapa ilmu yang berhubungan dengan antropologi dan saling berkontribusi dalam memberikan sumbangan untuk perkembangan ilmu lain. Misalnya dalam bidang biologi, antropologi kesehatan menggambarkan teknik dan penemuan ilmu-ilmu kedokteran dan variasinya, termasuk mikrobiologi, biokimia, genetik, parasitologi, patologi, nutrisi, dan epidemiologi.
Hal ini memungkinkan untuk menghubungkan antara perubahan biologi yang didapatkan dengan menggunakan teknik tersebut terhadap faktor-faktor sosial dan budaya di masyarakat tertentu. Contoh: penyakit keturunan albinism di suatu daerah di Nusa Tenggara Timur ditransmisikan melalui gen resesif karena pernikahan diantara anggota keluarga.
Secara umum, antropologi kesehatan senantiasa memberikan sumbangan pada ilmu kesehatan lain sebagai berikut:
1.      Memberikan suatu cara untuk memandang masyarakat secara keseluruhan termasuk individunya. Dimana cara pandang yang tepat akan mampu untuk memberikan kontribusi yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan suatu masyarakat dengan tetap bertumpu pada akar kepribadian masyarakat yang membangun.
Contoh pendekatan sistem, holistik, emik, relativisme yang menjadi dasar pemikiran antropologi dapat digunakan untuk membantu menyelesaikan masalah dan mengembangkan situasi masyarakat menjadi lebih baik.
2.      Memberikan suatu model yang secara operasional berguna untuk menguraikan proses sosial budaya bidang kesehatan.
3.      Sumbangan terhadap metode penelitian dan hasil penelitian. Baik dalam merumuskan suatu pendekatan yang tepat maupun membantu analisis dan interpretasi hasil tentang suatu kondisi yang ada di masyarakat.
Ada beberapa ilmu yang memberikan sumbangan terhadap antropologi kesehatan, antara lain:
1.      Antropologi fisik/biologi/ragawi, Contoh: nutrisi mempengaruhi pertumbuhan, bentuk tubuh, variasi penyakit. Selain itu juga mempelajari evolusi penyakit sebagai akibat faktor budaya, migrasi dan urbanisasi.
2.      Etnomedisin, awalnya mempelajari tentang pengobatan pada masyarakat primitif atau yang masih dianggap tradisional, meski dalam perkembangan lebih lanjut stereotipe ini harus dihindari karena pengobatan tradisional tidak selamanya terbelakang atau salah.
3.      Kepribadian dan budaya, adalah observasi terhadap tingkah laku manusia di berbagai belahan dunia. Misalnya: perawatan schizophrenia di suatu daerah untuk mencari penyembuhan yang tepat dapat digunakan untuk mengevaluasi pola perawatan penyakit yang sama.
4.      Kesehatan Masyarakat, dimana beberapa program kesehatanbekerjasama dengan antropologi untuk menjelaskan hubungan antara kepercayaan dan praktek kesehatan.

B.     Perkembangan antro kesehatan dari sisi biological pole dan sosiocultural pole
Membicarakan sejarah munculnya dan perkembangan Antropologi Kesehatan, maka saya harus melihat dari awal mula munculnya istilah ini dan penelitian-penelitian mengenai hal ini. Uraian sejarah muncul dan perkembangan antropologi kesehatan dibuat menurut urutan waktu cetusannya:
Tahun 1849
Rudolf Virchow, ahli patologi Jerman terkemuka, yang pada tahun 1849 menulis apabila kedokteran adalah ilmu mengenai manusia yang sehat maupun yang sakit, maka apa pula ilmu yang merumuskan hukum-hukum sebagai dasar struktur sosial, untuk menjadikan efektif hal-hal yang inheren dalam manusia itu sendiri sehingga kedokteran dapat melihat struktur sosial yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit, maka kedokteran dapat ditetapkan sebagai antropologi. Namun demikian tidak dapat dikatakan bahwa Vichrow berperan dalam pembentukan asal-usul bidang Antropologi Kesehatan tersebut., munculnya bidang baru memerlukan lebih dari sekedar cetusan inspirasi yang cemerlang.
Tahun 1953
Sejarah pertama tentang timbulnya perhatian Antropologi Kesehatan terdapat pada tulisan yang ditulis Caudill berjudul “Applied Anthropology in Medicine”. Tulisan ini merupakan tour the force yang cemerlang , tetapi meskipun telah menimbulkan antusiasme, tulisan itu tidaklah menciptakan suatu subdisiplin baru.
Tahun 1963
Sepuluh tahun kemudian, Scoth memberi judul “Antropologi Kesehatan” dan Paul membicarakan “Ahli Antropologi Kesehatan” dalam suatu artikel mengenai kedokteran dan kesehatan masyarakat. Setelah itu baru ahli-ahli antropologi Amerika benar-benar menghargai implikasi dari penelitian-penelitian tentang kesehatan dan penyakit bagi ilmu antropologi. Pengesahan lebih lanjut atas subdisiplin Antropologi Kesehatan ini adalah dengan munculnya tulisan yang dibuat Pearsall (1963) yang berjudul Medical Behaviour Science yang berorientasi antropologi, sejumlah besar (3000 judul) dari yang terdaftar dalam bibliografi tersebut tak diragukan lagi menampakan pentingnya sistem medis bagi Antropologi.

Pengertian Antropologi kesehatan yang diajukan Foster/Anderson merupakan konsep yang tepat karena termakutub dalam pengertian ilmu antropologi seperti disampaikan Koentjaraningrat di atas. Menurut Foster/Anderson, Antropologi Kesehatan mengkaji masalah-masalah kesehatan dan penyakit dari dua kutub yang berbeda yaitu kutub biologi dan kutub sosial budaya.
Pokok perhatian Kutub Biologi :
þ  Pertumbuhan dan perkembangan manusia
þ  Peranan penyakit dalam evolusi manusia
þ  Paleopatologi (studi mengenai penyakit-penyakit purba)
       Pokok perhatian kutub sosial-budaya :
·      Sistem medis tradisional (etnomedisin)
·      Masalah petugas-petugas kesehatan dan persiapan profesional mereka
·      Tingkah laku sakit
·      Hubungan antara dokter pasien
·      Dinamika dari usaha memperkenalkan pelayanan kesehatan barat kepada masyarakat tradisional.

C.      ANTROPOLOGI KESEHATAN DAN EKOLOGI
1. Konsep-konsep Penting dalam Antropologi Kesehatan dan Ekologi
SISTEM adalah Agregasi atau pengelompokan objek-objek yang dipersatukan oleh beberapa bentuk interaksi yang tetap atau saling tergantung, sekelompok unit yang berbeda, yang dikombinasikan sedemikian rupa oleh alam atau oleh seni sehingga membentuk suatu keseluruhan yang integral dan berfungsi, beroperasi atau bergerak dalam satu kesatuan.
SISTEM SOSIAL-BUDAYA ATAU KEBUDAYAAN adalah keseluruhan yang integral dalam interaksi antar manusia.
EKOSISTEM adalah suatu interaksi antar kelompok tanaman dan satwa dengan lingkungan nonhidup mereka (Hardesty 1977;289) Dalam membicarakan Antropologi Kesehatan dan Ekologi, akan ditikberatkan pembahasan pada:
þ  Hubungan, bentuk dan fungsi kesehatan dan penyakit dari pandangan lingkungan dan sosial-budaya.
þ  Masalah dinamika dari konsekuensi hubungan, bentuk dan fungsi dari kesehatan dan penyakit dengan pendekatan ekologis dan sosial-budaya.

2. Hubungan Antropologi Kesehatan dengan Ekologi
Hubungan manusia dengan lingkungan, dengan tingkahlakunya, dengan penyakitnya dan cara-cara dimana tingkahlakunya dan penyakitnya mempengaruhi evolusi dan kebudayaannya selalu melalui proses umpanbalik.
Pendekatan ekologis merupakan dasar bagi studi tentang masalah – masalah epidemiologi, cara-cara dimana tingkahlaku individu dan kelompok menentukan derajat kesehatan dan timbulnya penyakit yang berbeda-beda dalam populasi yang berbeda-beda. Sebagai contoh pada penyakit malaria ditemukan pada daerah berikilim tropis dan subtropis sedangkan pada daerah beriklim dingin tidak ditemukan penyakit ini, juga pada daerah diatas 1700 meter diatas permukaan laut malaria tidak bisa berkembang.
Contoh lain, semakin maju suatu bangsa, penyakit yang dideritapun berbeda dengan bangsa yang baru berkembang. Penyakit-penyakit infeksi seperti malaria, demam berdarah, TBC, dll pada umumnya terdapat pada negara – negara berkembang, sedangkan penyakit-penyakit noninfeksi seperti stress, depresi, kanker, hipertensi umumnya terdapat pada negara-negara maju. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi yang berbeda pada kedua kelompok tersebut. Kelompok manusia beradaptasi dengan lingkungannya dan manusia harus belajar mengeksploitasi sumber-sumber yang tersedia untuk memenuhi kebutuhannya. Interaksi ini dapat berupa sosial psikologis dan budaya yang sering memainkan peranannya dalam mencetuskan penyakit. Penyakit adalah bagian dari lingkungan hidup manusia. Contoh penyakit Kuru (lihat Foster/Anderson, hal 27-29:’MISTERI KURU’).



3. Paleopatologi
Paleopatologi adalah studi mengenai penyakit-penyakit purba. Para ahli peleopatologi melakukan studi pada tulang-tulang manusia purba, kotoran, lukisan pada dinding, patung, mumi, dan lain lain untuk menemukan penyakit-penyakit infeksi pada manusia purba. Studi untuk mengetahui penyakit manusia purba dari fosil-fosil ini, pada umumnya hanya terbatas hanya mengetahui pada penyakit-penyakit yang menunjukkan buktinya seperti pada tulang-tulang yang dapat diidentifikasi. Sebagai contoh kerusakan atau abses pada tulang sebagai akibat dari siphilis, TBC, frambosia, osteomilitus, poliomilitis, kusta, dan penyakit-penyakit yang sejenisnya adalah penyakit infeksi yang dapat dikenali.
Banyak penyakit-penyakit modern yang tidak terdapat pada penduduk purba, bukan berarti manusia purba lebih sehat dari manusia modern tetapi bahwa sakitnya manusia purba disebabkan oleh jenis-jenis patogen dan faktor lingkungan yang jumlahnya lebih sedikit dari yang dialami oleh manusia modern. Misalnya penyakit campak, rubella, cacar, gondong, kolera dan cacar air mungkin tidak terdapat di zaman purba.
Dapat disimpulkan bahwa paleopatologi atau studi mengenai penyakit purba, sangat banyak berhubungan dengan lingkungan untuk menemukan penyakit-penyakit purba.

4. Epidemiologi
Epidemiologi berkenaan dengan distribusi, tempat dan prevalensi atau terjadinya penyakit, sebagaimana yang dipengaruhi oleh lingkungan alam atau lingkungan ciptaan manusia serta oleh tingkah laku manusia. Variabelvariabel yang dipakai untuk melihat distribusi tempat dan prevalensi serta tingkah laku suatu penyakit adalah perbedaan umur, jenis kelamin, status perkawinan, pekerjaan, hubungan suku bangsa, kelas sosial, tingkahlaku individu, serta lingkungan alami. Faktor-faktor ini dan faktor lainnya berperanan penting dalam distribusi dan prevalensi berbagai penyakit.
Contoh pemuda Amerika lebih banyak mengalami kecelekaan daripada wanita muda dan orang tua, perokok lebih banyak kena kanker paru-paru daripada bukan perokok, gondok lebih banyak menyerang penduduk pedalaman yang tinggal di daerah pegunungan daripada penduduk pantai yang bahan makannya kaya yodium.
Tugas seorang epidemiolog adalah bekerja untuk membuat korelasi-korelasi dalam hal insiden penyakit dalam usaha menetapkan petunjuk tentang polapola penyebab penyakit yang kompleks, atau tentang kemungkinankemungkinan dalam pengawasan penyakit (Clausen; 1963:142).
Epidemiologi berusaha mencapai suatu tujuan yaitu meningkatkan derajat kesehatan, mengurangi timbulnya semua ancaman kesehatan. Ahli antropologi lebih menaruh minat pada ciri epidemiologi dari penyakit – penyakit penduduk non Eropa dan Amerika, termasuk penyakit-penyakit psikologis yang disebabkan oleh struktur budaya yang dalam Antropologi Kesehatan disebut dengan istilah “Sindroma Kebudayaan Khusus” seperti “mengamuk” atau histeris. Selain itu, ahli antropologi juga menaruh minat pada studi-studi mengenai “Epidemiologi Pembangunan” yaitu mencari konsekuensi-konsekuensi kesehatan yang sering bersifat mengganggu terhadap proyek-proyek pembangunan.

D.    Kegunaan antro kesehatan
Antropologi mempunyai pandangan tentang pentingnya pendekatan budaya. Budaya merupakan pedoman individual sebagai anggota masyarakat dan bagaimana cara memandang dunia, bagaimana mengungkapkan emosionalnya, dan bagaimana berhubungan dengan orang lain, kekuatan supernatural atau Tuhan serta lingkungan alamnya. Budaya itu sendiri diturunkan dari suatu generasi ke generasi selanjutnya dengan cara menggunakan simbol, bahasa, seni, dan ritual yang dilakukan dalam perwujudn kehidupan sehari-hari. Di sisi lain, latar belakang budaya mempunyai pengaruh yang penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia (kepercayaan, perilaku, persepsi, emosi, bahasa, agama, ritual, struktur keluarga, diet, pakaian, sikap terhadap sakit, dll). Selanjutnya, hal-hal tersebut tentunya akan mempengaruhi status kesehatan masyarakat dan pola pelayanan kesehatan yang asa di masyarakat tersebut.
Secara umum, antropologi kesehatan senantiasa memberikan sumbangan pada ilmu kesehatan lain sebagai berikut:
1)      Memberikan suatu cara untuk memandang masysrakat secara keseluruhan termasuk individunya. Dimana cara pandang yang tepat akan mampu untuk memberikan kontribusi yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan suatu masyarakat dengan tetap bertumpu pada akar kepribadian masyarakat yang membangun. Contoh pendekatan sistem, holistik, emik, relativisme yang menjadi dasar pemikiran antropologi dapat digunakan untuk membantu menyelesaikan masalah dan mengembangkan situasi masyarakat menjadi lebih baik;
2)      Memberikan suatu model yang secara operasional berguna untuk menguraikan proses sosial budaya bidang kesehatan. Memang tidak secara tepat meramalkan perilaku individu dan masyarakatnya, tetapi secara tepat bisa memberikan kemungkinan luasnya pilihan yang akan dilakukan bila masyarakat berada pada situasi yang baru;
3)      Sumbangan terhadap metode penelitian dan hasil penelitian. Baik dalam merumuskan suatu pendekatan yang tepat maupun membantu analisis dan iterpretasi hasil tentang suatu kondisi yang ada di masyarakat.

 BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
þ  Antropologi Kesehatan adalah disiplin yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosio-budya dari tingkahlaku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya disepanjang sejarah kehidupan manusia, yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit pada manusia.
þ Antropologi Kesehatan berdasarkan definisinya mempelajari kesehatan manusia dari dua sisi, yaitu cultural dan biologis tetapi tidak dilihat terpisah sehingga disebut biocultural. Menurut Foster/Anderson, Antropologi Kesehatan mengkaji masalah-masalah kesehatan dan penyakit dari dua kutub yang berbeda yaitu kutub biologi dan kutub sosial budaya.
Pokok perhatian Kutub Biologi :
þ  Pertumbuhan dan perkembangan manusia
þ  Peranan penyakit dalam evolusi manusia
þ  Paleopatologi (studi mengenai penyakit-penyakit purba)
       Pokok perhatian kutub sosial-budaya :
·      Sistem medis tradisional (etnomedisin)
·      Masalah petugas-petugas kesehatan dan persiapan profesional mereka
·      Tingkah laku sakit
·      Hubungan antara dokter pasien
·      Dinamika dari usaha memperkenalkan pelayanan kesehatan barat kepada masyarakat tradisional.
þ  Penggunaan ilmu ini  sangat berguna dalam membantu keberhasilan program-program  kesehatan dalam dunia praktis.

B.     SARAN
Sebagai perawat jadikanlah paper ini sebagai sebuah bahan untuk menambah wawasan dan sebagai bekal untuk ke depan dalam melakukan praktik selanjutnya. Selain itu, kita juga seharusnya memperhatikan kesehatan dalam lingkungan masyarakat sekitar.
DAFTAR PUSTAKA
ü  www.papuaweb.org/uncen/dlib/jr/antropologi/01-01/jurnal.pdf
ü  lailirahayuwati.blog.com/2009/05/03/3/
ü  http://www.anneahira.com/artikel-kesehatan/antropologi-kesehatan.htm

1 komentar:

Anonim mengatakan...

bermanfaat (y)

Posting Komentar

Tolong komentarnya teman - teman, untuk menjadikan blog ini semakin berkualitas dan bermanfaat. Terima Kasih :)

Daftar Isi Blog